Kamis, 28 Mei 2015 |

Pelukan cinta dari terkasih

***

“Teet teet teet”, Telvon  buntut berdering. Orang terkasih memanggil. Memeluk  lewat suara.
“Assalamu’alaikum,haii.. how are you darling? What are you doing now?” Suara khas Pria yang tak asing lagi. Panggilan cinta itu seolah membuka memori bawah sadarku.  Hanya ada satu nama yang sering memanggilku seperti itu. Tawa gurihnya menciptakan kenyamanan  serasa ingin mendekap. Rindu pun berteriak lewat teriakan manja.

“Alhamdulillah everything is running well..., how about you my lovely papa ?, 
Aku menyambut pelukan  papa dengan sentuhan. Ah rasanya aku ingin menghambur dari belakang, membelai rambut di usia senjanya. Dulu sebelum aku dan papa mengetahui hukum dalam islam bahwa mencabut  uban tidak dibolehkan,
***

 Aku sering sekali  membersihkan kepalanya dari rambut putih ditemani pingset kesayangan. Hingga suatu ketika  pingsetnya hilang,dan akhirnya aku kewalahan mencabut karena rambut papa dibasahi keringat, eh tau-taunya aku malah mengusap seluruh jari-jariku ke putihnya dinding agar tangan ini dipenuhi debu. Memudahkan memilih rambut yang sulit dicabut.

 Hehe entah dari siapa teori itu ku dapatkan. Itulah memoriku bersama papa. Kepingan Masa kecil adalah memori yang termanis untuk dinyanyikan dalam aksara.

***
 “Alhamdulillah I’m fine darling, coba papa mau requist hafalannya pekan ini. Sudah lama darling belum menghibur papa dengan hafalan Al-qur’an.”

Terdengar suara papa merayu setengah memohon.
Papa tau aku selalu saja punya alasan setiap diminta setor by hp.

“Baiklah..., sekarang papa buka Alqur’annya ya. Perbaiki panjang pendeknya jika ada yang keliru. 

Tumben-tumbenannya aku segera menerima requist dari papa tanpa alasan, hehe biasanya kan aku selalu bilang nanti aja yah papa, belum murojaah nih..., lagi futur nih lagi  bla bla bla...

Hm akhirnya aku memeluk papa malam ini dengan bacaan langit.

***
Semoga cicilan hafalan ini menjadi tabungan akheratku untuk menebus segala jerih payahmu. Aku ingin memberi papa hadiah istimewa di akherat berupa mahkota cahaya yang sudah Allah janjikan dalam firmanNya. Sekalipun dulu sebelum berangkat ke jawa papa pernah menegurku agar motivasiku menghafal Alqur’an diubah, jangan hanya karena mama papa atau ingin mendapatkan cahaya,tapi ingin mendapatkan ridho dan RahmatNya. Biarlah mahkota dan cahaya itu adalah hak prerogatif Allah.

Makasih Papa telah membesarkanku dengan Cinta yang seutuhnya. Kau tak hanya mengenalkan aku tentang cinta kepada sesama hambaNya, tapi kau menyuburkan pertumbuhanku dengan segelas oase Nur cahaya untuk mengenal siapa diriku, yang kau bilang agar aku bisa mengetahui siapa Tuhanku.

“Barang siapa yang tidak mengenal dirinya, maka ia tak mengenal TuhanNya” Kepingan nasehat itu yang selalu papa suntikan dalam keseharianku jika aku mulai malas untuk mencari tau siapa aku? Dari mana aku berasal? Dan akan kemana aku pulang? Apa kenderaanku?

Semoga suatu saat jawabannya akan terjawab dalam diri ini pak, diri yang masih merangkak mengenal keagunganNya dengan sebongkah amal yang belum pantas dibanggakan kepada mahluk langit.
Thanks papa
J Hu Alllah... Allah... Allah....

Solo, 22: 34 Kamis Malam, 28 mei 2015.


0 senja: