***
“Teet
teet teet”, Telvon buntut berdering. Orang terkasih memanggil. Memeluk lewat
suara.
“Assalamu’alaikum,haii..
how are you darling? What are you doing now?” Suara khas Pria yang tak asing
lagi. Panggilan cinta itu seolah membuka memori bawah sadarku. Hanya ada satu nama yang sering memanggilku
seperti itu. Tawa gurihnya menciptakan kenyamanan serasa ingin mendekap. Rindu pun berteriak lewat
teriakan manja.
“Alhamdulillah
everything is running well..., how about you my lovely papa ?,
Aku menyambut pelukan papa dengan sentuhan. Ah rasanya aku ingin menghambur
dari belakang, membelai rambut di usia senjanya. Dulu sebelum aku dan papa mengetahui
hukum dalam islam bahwa mencabut uban
tidak dibolehkan,
***
Aku sering sekali membersihkan kepalanya dari rambut putih ditemani pingset kesayangan. Hingga suatu ketika pingsetnya hilang,dan akhirnya aku kewalahan mencabut karena rambut papa dibasahi keringat, eh tau-taunya aku malah mengusap seluruh jari-jariku ke putihnya dinding agar tangan ini dipenuhi debu. Memudahkan memilih rambut yang sulit dicabut.
***
Aku sering sekali membersihkan kepalanya dari rambut putih ditemani pingset kesayangan. Hingga suatu ketika pingsetnya hilang,dan akhirnya aku kewalahan mencabut karena rambut papa dibasahi keringat, eh tau-taunya aku malah mengusap seluruh jari-jariku ke putihnya dinding agar tangan ini dipenuhi debu. Memudahkan memilih rambut yang sulit dicabut.
Hehe entah dari siapa teori itu ku dapatkan. Itulah memoriku bersama papa. Kepingan Masa kecil
adalah memori yang termanis untuk dinyanyikan dalam aksara.
***
***
“Alhamdulillah I’m fine darling, coba papa mau
requist hafalannya pekan ini. Sudah lama darling belum menghibur papa dengan
hafalan Al-qur’an.”
Terdengar suara papa merayu setengah memohon.
Papa tau aku selalu saja punya alasan setiap diminta setor by hp.
Papa tau aku selalu saja punya alasan setiap diminta setor by hp.
“Baiklah...,
sekarang papa buka Alqur’annya ya. Perbaiki panjang pendeknya jika ada yang
keliru.
Tumben-tumbenannya
aku segera menerima requist dari papa tanpa alasan, hehe biasanya kan aku
selalu bilang nanti aja yah papa, belum murojaah nih..., lagi futur nih
lagi bla bla bla...
Hm
akhirnya aku memeluk papa malam ini dengan bacaan langit.
***
***
Semoga cicilan
hafalan ini menjadi tabungan akheratku untuk menebus segala jerih payahmu. Aku
ingin memberi papa hadiah istimewa di akherat berupa mahkota cahaya yang sudah
Allah janjikan dalam firmanNya. Sekalipun dulu sebelum berangkat ke jawa papa
pernah menegurku agar motivasiku menghafal Alqur’an diubah, jangan hanya karena
mama papa atau ingin mendapatkan cahaya,tapi ingin mendapatkan ridho dan
RahmatNya. Biarlah mahkota dan cahaya itu adalah hak prerogatif Allah.
Makasih
Papa telah membesarkanku dengan Cinta yang seutuhnya. Kau tak hanya mengenalkan
aku tentang cinta kepada sesama hambaNya, tapi kau menyuburkan pertumbuhanku
dengan segelas oase Nur cahaya untuk mengenal siapa diriku, yang kau bilang
agar aku bisa mengetahui siapa Tuhanku.
“Barang
siapa yang tidak mengenal dirinya, maka ia tak mengenal TuhanNya” Kepingan
nasehat itu yang selalu papa suntikan dalam keseharianku jika aku mulai malas
untuk mencari tau siapa aku? Dari mana aku berasal? Dan akan kemana aku pulang?
Apa kenderaanku?
Semoga
suatu saat jawabannya akan terjawab dalam diri ini pak, diri yang masih
merangkak mengenal keagunganNya dengan sebongkah amal yang belum pantas dibanggakan
kepada mahluk langit.
Thanks papa J Hu Alllah... Allah... Allah....
Thanks papa J Hu Alllah... Allah... Allah....
Solo,
22: 34 Kamis Malam, 28 mei 2015.
0 senja:
Posting Komentar