Selasa, 19 Mei 2015 |

Ketika Ilmu dikaburkan dengan syahwat

Lupakah kau? pada janji itu ?
Kamarnya setengah terbuka. Dia seperti orang yang lagi main bisik-bisikan, sesekali terdengar suaranya naik turun setengah manja dan mendayu.

Pikiranku mulai main tebak-tebakan dengan berbagai praduga. Apakah Ia telah terhipnotis dengan cuaca pagi ini.  Jam segini dengan siapa kah dia berceloteh?.

Alunan suaranya beda. Ada yang beda. Keanggunan irama hafalan qur'annya dikaburkan dengan cekikan tawa gurih berbahasa ilusi. Angin pagi telah menipu imajinasi para pembela syahwat. Rupanya hubungan mereka masih saja berlanjut. Dia masih saja bermain petak umpet denganku. Orang yang tidak akan mempan jika dinasehati itu adalah orang yang sedang jatuh cinta.

Sontak padangannya berubah melihat kehadiranku dikamarnya. Terlebih aku  masuk tanpa permisi. Tatapannya menancap kearahku. Lalu terbang liar saat kubalas dengan diam. Segera ia merubah posisi duduknya yang bersandarkan bantal di dinding. Rupanya aku ketauan sementara mencuri dengar pembicaraannya ditelvon. Tapi aku pura-pura tak memperhatikannya dan segera berbalik arah.

 Terpancar jelas rona wajahnya tak senang dengan kehadiranku. Sangat menggagu kenyamanannya.  Ah rupanya aku datang diwaktu yang nggak tepat. Aku  segera ke dapur membuat kopi, mengahangatkan tubuh yang diselimuti tanya.

***
Ba’da shubuh,langitnya masih saja menangis. Hati siapa yang tak tergoda untuk memanjakan diri dikamar. Aku berusaha sekuat doa menikam  dasyatnya dingin yang menyuruhku tidur kembali. Ku gunting kepingan dingin yang berusaha menempel diseluruh persendian dengan memurojaah hafalan surah albaqorohku.

Tiba-tiba petir mengetuk jendela kamar, menggelegar. Diikuti dengan cabikan kilat. Hujan turun kian deras. Sangat deras. Aku pun terhenti di lembar ke 6b . Segera ku berlari memisahkan dua jendela dan menatap ke arah langit. 

Kuperhatikan langitnya berwarna ungu gelap dan awan bergumpal-gumpal. Pena kecil pun terangkat oleh tangan mungil ini, meneriakan Janji  di gugusan aksara  “ Mei yang basah, Saat ini aku tak akan menulis nama siapa pun dicermin hati, karena besok ceritanya akan berubah, aku hanyalah jiwa yang hadir diantara ba'da ashar dan magrib, Lindungilah aku dari raihanah dan sampaikanlah salamku kepada utrujah bahwa aku ingin menjamahinya”

Masih menembus keremangan pagi dengan mata gerimis, air mata merembes sedikit kepipi. Ah Kawan lupakah kau dengan janji kita ? Janji untuk tidak menikmati makanan sebelum waktunya berbuka? kenapa kau masih saja seperti kemarin? Dimana buah ilmu yang kita petik bersama? Bagaimana bisa cahaya kau sandingkan dengan ilmu? bukankah ilmu itu cahaya? hehe kau bilang taaruf? segitu rapi kah kau mengaburkan makana taaruf? itu namanya menuangkan air keruh dan air jernih dalam satu wadah.  
Entahlah, terimakasih Muhasabah, kau telah hadir untuk mengingatkan diri  . 

Apabila kita menyepi dengan keraguan dalam kegelapan

Dan nafsu mengajak untuk bermain diatas imajinasi kemaksiatan

Malulah dari pandangan Allah dan katakan kepadanya

Sesungguhnya Pencipta kegelapan melihatku


Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik’ 
 “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”


# Untuk terkasih yang menggunting cerita menjadi berantakan, 
Masih di solo dengan sebuah harapan yang terencana

0 senja: