Kamarnya setengah terbuka. Dia seperti orang yang lagi
main bisik-bisikan, sesekali terdengar suaranya naik turun setengah manja
dan mendayu.
Pikiranku mulai main tebak-tebakan dengan berbagai praduga.
Apakah Ia telah terhipnotis dengan cuaca pagi ini. Jam segini dengan siapa kah dia berceloteh?.
Alunan suaranya beda. Ada yang beda. Keanggunan irama hafalan qur'annya dikaburkan dengan cekikan tawa gurih berbahasa ilusi. Angin pagi
telah menipu imajinasi para pembela syahwat. Rupanya hubungan mereka masih saja berlanjut. Dia
masih saja bermain petak umpet denganku. Orang yang tidak akan mempan jika dinasehati itu adalah orang yang sedang jatuh cinta.
Sontak padangannya berubah melihat kehadiranku dikamarnya.
Terlebih aku masuk tanpa permisi. Tatapannya
menancap kearahku. Lalu terbang liar saat kubalas dengan diam. Segera ia
merubah posisi duduknya yang bersandarkan bantal di dinding. Rupanya aku ketauan
sementara mencuri dengar pembicaraannya ditelvon. Tapi aku pura-pura tak
memperhatikannya dan segera berbalik arah.
Terpancar jelas rona
wajahnya tak senang dengan kehadiranku. Sangat menggagu kenyamanannya. Ah rupanya aku datang diwaktu yang nggak
tepat. Aku segera ke dapur membuat kopi,
mengahangatkan tubuh yang diselimuti tanya.
***
Ba’da shubuh,langitnya masih saja menangis. Hati siapa yang
tak tergoda untuk memanjakan diri dikamar. Aku berusaha sekuat doa menikam dasyatnya dingin yang menyuruhku tidur kembali.
Ku gunting kepingan dingin yang berusaha menempel diseluruh persendian dengan
memurojaah hafalan surah albaqorohku.
Tiba-tiba petir mengetuk jendela kamar, menggelegar. Diikuti
dengan cabikan kilat. Hujan turun kian deras. Sangat deras. Aku pun terhenti
di lembar ke 6b . Segera ku berlari memisahkan dua jendela dan menatap ke arah
langit.
Kuperhatikan langitnya berwarna ungu gelap dan awan bergumpal-gumpal. Pena
kecil pun terangkat oleh tangan mungil ini, meneriakan Janji di gugusan aksara “ Mei yang basah, Saat ini aku tak akan menulis nama siapa
pun dicermin hati, karena besok ceritanya akan berubah, aku hanyalah jiwa yang hadir diantara ba'da ashar dan magrib, Lindungilah aku dari raihanah dan sampaikanlah salamku kepada utrujah bahwa aku ingin menjamahinya”
Masih menembus keremangan pagi dengan mata gerimis, air mata
merembes sedikit kepipi. Ah Kawan lupakah
kau dengan janji kita ? Janji untuk tidak menikmati makanan sebelum waktunya berbuka? kenapa kau masih saja seperti kemarin? Dimana buah ilmu
yang kita petik bersama? Bagaimana bisa cahaya kau sandingkan dengan ilmu? bukankah ilmu itu cahaya? hehe kau bilang taaruf? segitu rapi kah kau mengaburkan makana taaruf? itu namanya menuangkan air keruh dan air jernih dalam satu wadah.
Entahlah, terimakasih Muhasabah, kau telah hadir untuk mengingatkan diri .
Apabila kita menyepi
dengan keraguan dalam kegelapan
Dan nafsu mengajak
untuk bermain diatas imajinasi kemaksiatan
Malulah dari
pandangan Allah dan katakan kepadanya
Sesungguhnya Pencipta
kegelapan melihatku
Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik’
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”
Masih di solo dengan sebuah harapan yang terencana
0 senja:
Posting Komentar