Selasa, 12 Mei 2015 |

Aku,pena dan buku


Pena adalah benda kecil yang tak pernah lepas dari genggamanku kemana pun perginya. Tanpa dia kadang dibuat pusing karena tak ada yang menenangkanku dalam memotret apa yang dirasa,dilihat, didengar, dan dialami pada saat itu juga. Sebelum kepingan ide menguap dan hilang maka pena lah yang salalu jadi penolong pertama.

Pena juga adalah sarana yang bisa memotivasiku untuk belajar. Caranya dengan menuliskan kembali apa yang aku pelajari, kemudian menungkannya dalam bentuk lembaran, atau mudzakkirah... alias ringkasan umum atau khusus atau karya tulis lainnya. Kenapa? Karena Menulis akan membuat ilmu itu lebih dihafal ketimbang sekedar membaca tanpa dibarengi dengan menulisnya kembali. Mengarang atau menulis mengharuskan seseorang melakukan penelitian bukan? Atau membaca banyak buku  akan mempermudah kita untuk mendapatkan segudang pengetahuan. Ini kan keuntungan besar bagi kita 

Dulu kata guruku bahwa betapapun kuatnya ingatan seseorang maka pasti ia akan lupa dan akan berkurang, nah kalau gitu pasti banyak ilmu pengetahuan yang telah kita timbah akan tersedot dengan berjalannya waktu, apalagi jika ilmu tidak di amalkan ,maka kita akan kehilangan semuanya bak debu berterbangan.

Ilmu itu bisa diraih dengan tiga cara :
1. Mengamalkannya
2. Mengajarkannya
3. Menuliskannya
Aku udah di tahap mana yau?

Pertama dengan mengamalkannya. Aku  yang mengharuskan diriku untuk berbicara denga bahasa arab atau bahasa inggris ,maka mau tidak mau aku harus selalu mempraktekannya in daily activity. Dimana kita berada kita harus amalkan ilmu itu jika tidak ingin ilmu itu menguap tanpa bekas. Banyak orang yang ingin menguasai bahasa dengan memebeli kamus milyaran dengan harapan dia bisa cuap-cuap bahasa inggris or arab dengan menghafalkan kosa katanya, nah kalau sekedar hafal tapi jarang di amalkan gimana? Jarang dipraktekan .. itu sama aja bo’ong.  Kalau aku biasanya mengamalkan ilmu itu lewat oral or menulis deary dengan bahasa yang telah aku pelajari. Jadi kadang aku tak terlalu khawatir menyembunyikan rasa lewat bahasa karena aku membungkusnya dengan bahasa arab dicampur bahasa inggris dalam dearyku.. sekalipun masih standar dan telah melanggar kaidah bahasa karena menikahkan bahasa arab-inggris dalam lembaran putih :-D, yang penting aku telah mengamalkannya.

Kedua dengan mengajarkannya. Orang yang mengajari orang lain akan terdorong dirinya untuk mempelajarinya kembali. Aku dalam tahap kedua biasanya selalu mengajarkannya lewat anak-anak didikku entah itu disekolah atau lewat les privat dan kursus. Jadi sebelum aku memberi materi mau ngggak mau aku tentu buka buku dulu untuk mereview kembali yang dulu pernah aku pelajari  di dikampus. Atau ketika kita ngisi mentoring ke adik-adik kita di sekolah atau di kampus pastinya kita sudah siapkan materi lebih awal, membacanya  buku-buku yang berkaitan dengan materi yang akan kita kasih agar ketika mengajarkannya memberikan kepuasan tersendiri bagi mentor kita. Jadinya mereka akan tertarik untuk mengamalkan ilmu itu dan nggak kabur karena melihat ketidaksiapan kita dalam mengajar. Ah jadi ingat anak-anak didikku di SMP 1 batudaa dan SMA Alkhairaat Tilamuta .

Ketiga dengan menuliskannya. Nah ini dia yang paling menunjang keberadaan ilmu kita. Ketika ingin menulis sebuah artikel atau sesuatu yang berkaitan dengannya maka outomatically Penulisnya akan terdorong untuk membaca buku dulu bukan? Karena bensinnya seorang penulis itu yah membaca buku. Kita bisa mengetahui wawasan penulis dengab buku- buku yang ia baca. Orang yang jarang baca buku dan tiba-tiba pengen jadi penulis maka akan ketauan kualitasnya lewat tulisan.Seseorang tidak akan bisa menulis buku bila ia tidak menguasai ilmu tentang tema yang ingin ia tulis.

Oia  menulis itu secara hakekatnya  kita dipaksa melahirkan sebelum melahirkan. Maksud loh? :-D iyaah.. gini Tulisan yang kita tulis akan menjadi anak kita yang kekal setelahnya. Hanya dia yang akan membawa nama kita setelah mati dan akan menghidupkannya kembali kenangannya disetiap tangan para pembaca. Apalagi jika tulisan yang kita tuangkan adalah tulisan yang mengandung banyak cahaya. Sehingga cahaya itu yang akan menjadi salah satu tiket kita menghadapa Allah. Dia akan menjadi pemberat timbangan atas kebaikan dan derajatnya. Alangkah berbaktinya yah anak itu kepada kita ...


Itu alasannya saya mencintai pena kecil dan lembaran buku  dan lebih senang lagi kalau ketemu sama someone yang memiliki hobi yang sama.Uhuk..
Sekian
Catatan ini sebagai alarm untukku jika kemudian hari berselingkuh kepada pena dan keluarganya :-D .

0 senja: