Jumat, 17 April 2015 |

Tawaran dari udara

Dia Teman kecilku di SD. Kita pernah sekelas tapi hanya setahun, yakni ketika kita duduk di kelas VI unggulan. Udah lama kost kontak, Terakhir komunikasi sebelum ia melanjutkan ke LN.
Sekarang ia sementara stydy pasca sarjana di salah satu kota besar yang ada di Indonesia.
Straigh to the point, tanpa basa-basi dari balik udara ia menceritakan suatu kampus tanpa aku tanya. Rupaanya setelah itu ia akan menjadi pengajar di kampus itu. Dalam diam aku mengikuti arah pembicaraannya sampai selesai, aku mengaminkan semua cerita dengan menyepakatinya atas planingnya setelah ujian tesisnya selesai.

"Wah keren jadi dosen, diterima aja tawarannya. Apalagi dengan posisi tempat yang menjanjikan dari rektornya. dan kamu adalah putra daerah". Sesekali aku melepaskan satu dua kata untuk merespon setiap kalimat yang ia utarakan. 
Kupikir ceritanya hanya seputar tentang dirinya, ternyata setelah itu ia malah menawarkan aku untuk jadi tenaga pengajar dikampus yang sama. Karena dikampus itu mencari tenaga pengajar bahasa inggris.

Aku spontan menolak dengan alasan aku tidak senada dengan jenjang keilmuwan yang harus dimiliki setiap orang yang akan menjadi pegajar mahasiswa. aku masih S1. Tapi ia berusaha untuk menolak statementku dengan berbagai alasan. Aku tetap saja bertahan pada argumenku yang entah dari mana aku mengutip kata-kata yang spontan keluar dari perpustakaan pribadiku sehingga ia gagap terdiam. Tawaran ini  bagiku untuk sementara  dikubur dulu karena masih ada beberapa target besar yang harus aku kejar untuk akheratku.

Hati kecil menjadi seorang dosen bahasa inggris adalah impian kecilku yang masih terpendam. In syaa Allah aku ingin kesana setelah menyelesaikan hidangan langit agar bisa kenyang dalam jiwaku. Karena hidangan ini adalah bahan dasar yang akan membentukku dimana saja aku bekerja nanti.

Sekalipun banyak yang memandang sebelah mata dengan apa yang aku lakukan sekarang, tapi bagiku ini adalah caraku untuk menarik hati para petala langit agar kelak aku tak hanya bekerja di kolong langit tapi bisa melalangbuana bersama sayap-sayap langit yang akan mengantarkaku pada satu tujuan yang selama ini aku cari.
siapa diriku?
dari mana asalku?
dan kemana aku pulang? 
apa kenderaanku?
Allahu'alam


Selanjutnya selang beberapa jam aku kembali mendapat tawaran berupa amanah dari guru spritualku. Jika tawaran menjadi dosen aku spontan menolak dengan segudang alasan, tapi tawaran yang kedua sempat membuat lidahku kelu, hilang semua bahasaku untuk menjawab pertanyaan berbungkus teka-teki. Aku tak segera merespon, karena ini membutuhkan beberapa kepala dan hati untuk bisa menjernihkan jawaban yang tepat dan pas . 

Segera kuhubungi orang-orang terdekatku. Termasuk yang selalu mengasihiku dengan tulus dalam doa, Mama.Ternyata mama pun sama sepertiku, terdiam dan terhenyak dan memutuskan untuk membicarakan hal ini kepada my king of the world, siapa lagi kalau bukan papa. Kita saling diam dalam udara menunggu keputusan yang didasari alasan yang mengikat.
Bismillah...
Aku pun belum menerima tawaran ini, karena sama halnya dengan yang tadi. Aku masih ingin menyelesaikan program akheratku yang sudah dari dulu aku janjikan pada petala langit. Tak ingin aku membagi fokusku pada dua cabang yang sama-sama adalah hak yang harus aku penuhi sebagai hamba yang selalu ingin menghamba.
Semoga dikemudian hari tawaran yang lebih baik akan mengahampiriku setelah amanah besar ini ku tunaikan. Just for my Allah, my lovely mama... papa.... dan seluruh mahluk langit.
Aku ingin menjadi bagian dari mahluk langit yang akan kembali ke langit.




# 3hari yang lalu, aku lupa jam berapa tawaran ini sampai ke telingaku...

0 senja: