Sudahkah menjadi sahabat yang dirindukan?

Ketika memaknai sebuah persahabatan kadang  saya bertanya pada diri apakah saya termasuk sahabat yang dirindukan atau sahabat yang tak diharapkan kehadirannya.

Bagi saya sahabat itu adalah butiran aksara yang disatukan dalam sebuah kata sehingga melahirkan makna bagi setiap yang membacanya.

Entah itu makna tersirat atau tersurat, hanya  langit yang  berhak mengetahaui kedalaman maknanya. Apakah kesatuan itu karena DIA atau karena ada hal lain yang ingin digapai oleh sang tuan

Melalui pengalaman pribadi saya menyimpulkan bahwa sahabat yang dirindu itu:

Ridho terhadap kesuksesan sahabatnya. 

    Bagi saya sahabat sejati itu adalah seseorang yang ridho dan bahagia mendukung kesuksesan sahabatnya. Tak ada rasa iri dan dengki yang bersembunyi dibalik kesuksesan orang terdekat kita, apalagi sahabat.

Pernyataan ini semakin meyakinkan saya ketika mengikuti seminar dari Penulis dan Trainer Internasional bang Ippho Santosa bulan lalu, kurang lebih begini bunyinya

“Bukannya Allah tidak  ridho dengan kita, tidak ridho dengan impian kita, tapi terkadang kitalah yang tidak ridho terhadap mimpi orang lain, itulah yang menyebabkan mimpi kita tidak diridhoi oleh Allah”

Yup saya stay tune setuju dengan bang ippo, jangan ada kebencian, kecemburuan atau kedengkian ketika kita bergandeng tangan dengan sahabat, karena itu hanya akan mematikan potensi dan menjadi penghalang rezeki kita.

Ketulusan

Tulus adalah perekat paling kuat untuk bergandeng tangan dengan sahabat. Karena kedalamannya hanya Allah yang tau.

Sejatinya ketika kita hadir dalam kehidupannya tidak ada unsur lain yang ingin kita jadikan atribut diri bahwa ada kepentingan terselubung kita selipkan diatas nama sahabat.

Saya banyak belajar ketulusan dari sosok yang bernama sahabat. Ketulusan memang hanya Allah yang tau, tapi terkadang meskipun samar, ia nampak lewat manisnya kata, bahasa tubuh atau realisasi amal. 

Hanya hati yang bisa meraba mana yang harus diperjuangkan dengan menjaga jarak dan mana yang harus dipertahankan lewat butiran doa.

Sumber Inspirasi dalam melangitkan namaNya

Sahabat itu  ngobrolnya cerita ringan tapi berkelas di langit, membahas tentang ide, gagasan, dan sesuatu yang bisa dilakukan bersama  untuk saling mendukung.

Saya memiliki  sahabat yang terabadikan dalam doa karena dengan hadirnya mereka saya bisa keluar dari gelapnya katak dalam tempurung melalui ide-ide cemerlang mereka untuk melakukan perubahan diri dan mewarnai kembali kepada orang lain.

Menggunting gibah di tempat sampah

Gimana jika ada sahabat yang  sering ngajak bergibah? Atau  mengkuliti orang lain dengan cerita buruk agar dia terlihat sempurna?

Bertemu dengan orang seperti ini saya selalu berhati-hati tanpa  terkesan menarik diri, hanya saja saya menata jarak agar tidak terwarnai dan menyiapkan warna lain agar kita sama-sama menggunting sifat gibah dalam sampah.

Supporter

Sahabat itu selalu menjadi penyemangat bagi sahabatnya. Dia pun memberi apresiasi saat sahabatnya berprestasi dan berkarya. Dia pun yang menyemangati saat sahabatnya demotivasi. Dia mengorbankan sesuatu untuk mendukung keberhasilan sahabatnya.

Saling mengingatkan dalam kebaikan

Sahabat harus berani dan tidak segan untuk mengingatkan saudaranya jika ada kekeliruan yang ia lakukan. Tidak hanya membenarkan tapi mau mengajak pada kebenaran. Namun syaratnya harus dengan hikmah dan tidak terkesan menggurui apalagi menghakimi.

sumber gambar : sahabat dumay

Kata Guru saya bahwa semua orang hebat pasti memiliki banyak sahabat.

Segeralah perbanyak sahabat agar hidup kita lebih nikmat.

Sudahkan kita menjadi sahabat?
Seperti apakah sahabat yang dirindukan menurut temans?